Indonesia telah menetapkan visi pembangunan jangka panjang yang komprehensif melalui berbagai peraturan dan kebijakan untuk mengurangi emisi dan memperbaiki kualitas udara. Transisi ini sangat penting mengingat sektor transportasi menyumbang porsi signifikan dari total konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca nasional. Kondisi kualitas udara di Indonesia saat ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.
Adopsi standar bahan bakar rendah emisi sangat penting bagi Indonesia karena beberapa alasan. Standar ini menurunkan emisi polutan berbahaya seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan partikulat, yang menurunkan risiko penyakit pernapasan (asma dan bronkitis) dan membantu mencegah kondisi kardiovaskular.
Dalam upaya mengurangi dampak lingkungan, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengadopsi standar emisi Euro melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017, yang mendesak transisi ke standar Euro 4. Implementasi standar ini berlangsung secara bertahap, dimulai dari Euro 2 pada 2005, dan saat ini dalam proses transisi menuju Euro 4 untuk kendaraan ringan dan Euro 5 untuk kendaraan berat.
Jika dibandingkan dengan standar industri otomotif di berbagai negara, Indonesia masih tertinggal dalam mengadopsi standar Euro. Sementara Indonesia masih menggunakan standar bahan bakar yang lebih rendah, negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, China, dan India telah lebih maju dalam mengadopsi standar emisi yang lebih bersih. Thailand dan Vietnam telah menerapkan Euro 4 untuk semua jenis kendaraan dan sedang bergerak menuju Euro 5. China bahkan telah lebih maju dengan implementasi Euro 5 dan telah memulai transisi ke China VI (setara dengan Euro 6).
Pada tahun 2023, penggunaan bahan bakar Euro 4 masih di bawah dua persen dari total konsumsi bahan bakar nasional. Konsumsi bahan bakar didominasi oleh Pertalite 90 bersubsidi (bensin dengan oktan rendah) sebesar 45% dan Biosolar 48 bersubsidi (diesel) sebesar 26%. Kedua jenis bahan bakar tersebut berada di bawah standar Euro 4, sementara bahan bakar yang memenuhi standar Euro 4 hanya menyumbang kurang dari 2% dari total konsumsi nasional.
Apa saja peluang dan tantangan Indonesia dalam menerapkan standar emisi Euro 4-6?
Baca selengkapnya Laporan Akhir kajian CORE Indonesia bersama Viriya ENB tentang “Dampak Potensi Adopsi Standart Emisi EURO 4-6 pada Aspek Ekonomi dan Sosial di Indonesia” di pada lampiran di bawah ini